MAKALAH MIPA
“HAKIKAT
PENDIDIKAN MIPA”

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH
KELAS FISIKA 1 A
Disusun oleh :
- Berti Musyarofah
-
Dian Nurmala
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuniaNyalah Penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat MIPA”. Makalah ini berisi
tentang Hakikat Matematika, Hakikat IPA dan Nilai-Nilai IPA.
Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Abdul Rahim, M.Pd sebagai
Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan
waktu, perhatian, serta
bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan,
karena terbatasnya ilmu yang dimiliki, untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami di masa yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih serta manfaat bagi kita semua.
Jambi, 27 September 2015
Penulis
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................................. 1
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat
Matematika...................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Matematika................................................................... 2
2.1.2 Matematika adalah ilmu tentang struktur....................................... 3
2.1.3 Matematika adalah ilmu deduktif.................................................. 4
2.1.4 Peranan Matematika terhadap
Ilmu Pengetahuan Alam................ 5
2.2 Hakikat IPA................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian IPA............................................................................... 6
2.2.2 Bagian Hakikat IPA....................................................................... 7
2.3 Nilai-Nilai
IPA............................................................................... 11
2.3.1 Nilai-Nilai Sosial dari IPA............................................................. 11
2.3.2 Nilai Psikologis/Paedagogis IPA.................................................... 12
2.3.3 Nilai-Nilai Guna............................................................................. 12
2.4 Hakikat Pendidikan
MIPA............................................................... 15
2.4.1 Pengertian Pendidikan
MIPA........................................................... 15
2.4.2 Ciri-ciri Pendidikan
MIPA............................................................... 15
2.4.3 Tujuan dari ciri Pendidikan
MIPA................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2 Saran............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Akhir-akhir
ini, kebanyakan para pelajar beranggapan bahwa matematika adalah
ilmu yang memusingkan, merumitkan, dan menyulitkan. Khususnya dengan matematika
yang berhubungan dengan IPA. Sebagaimana kebanyakan para pelajar mengartikan
bahwa matematika adalah ilmu hitung menghitung yang hanya berhubungan dengan
angka, sementara IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan
sekitar dan mahluk hidup, yang kebanyakan dipenuhi dengan rumus-rumus. Jadi,
bagaimana bisa ada keterkaitan antara kedua ilmu tersebut.
Dari
permasalahan itulah yang melatarbelakangi penulis membuat makalah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Hakikat Matematika?
2.
Apa yang
dimaksud dengan Hakikat IPA?
3.
Jelaskan
nilai-nilai IPA?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Menjelaskan
Hakikat Matematika.
2.
Menjelaskan
Hakikat IPA.
3.
Menjelaskan
nilai-nilai IPA.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Dapat
mengetahui penjelasan tentang hakikat Matematika.
2.
Dapat
mengetahui penjelasan tentang hakikat IPA.
3.
Dapat
mengetahui tentang nilai-nilai IPA.
4. Memberikan semangat kepada para
pelajar agar tidak menjadikan matematika sebagai suatu pelajaran yang ditakuti.
5. Menjadikan
para pelajar dan masyarakat lainnya mengerti mengenai matematika, IPA, dan MIPA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Matematika
2.2.1
Pengertian
Matematika
Pengertian Matematika yaitu bahasa
simbol yang terdefinisikan secara sistematik, antara satu konsep dengan konsep
yang lain saling berkaitan dan pembuktian matematika dibangun dengan penalaran
deduktif.
Matematika dikenal sebagai ilmu
deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode
yang pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan
cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metodeinduktif dan
eksperimen.Maka Hakikat matematika artinya menguraikan apa sebenarnya
matematika itu, baik ditinjau dari arti kata matematika, karakteristik
matematika sebagai suatu ilmu, maupun peran dan kedudukan matematika diantara
cabang ilmu pengetahuan serta manfaatnya.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang
matematika yaitu:
James dan
James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
lainnya dengan jumlah yang banyak.
Kline (1973)
Mengatakan bahwa matematika itu
bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri,
tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Johnson dan
Rising (1972)
Matematika adalah pola berpikir,
pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa, bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,
representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif
berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, ilmu tentang
pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
Reys dkk
(1984)
Mengatakan bahwa matematika
adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu
seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
Andi Hakim Nasution (1980)
Istilah matematika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu asal kata dari “mathein” atau “manthenein”
yang artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya dengan
bahasa Sansekerta, yaitu kata “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”,
“pengetahuan” atau “intelegensi”
Roy Hollands
Matematika adalah
suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak
cabang.
2.2.2
Matematika
adalah ilmu tentang struktur
Matematika merupakan ilmu
terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari unsur
yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma /
postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara
hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling
sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk
mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus
benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru
seharusnya menyiapkan kondisi siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang
akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan
mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari mulai dari lingkaran,
luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk dapat
mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk / garis,
titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan
persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai
berikut:
a.
Unsur-unsur
yang tidak didefinisikan
Misal :
titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
b.
Unsur-unsur
yang didefinisikan
Dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang
didefinisikan.
Misal : Sudut, Persegi panjang,
segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana, bilangan ganjil, pecahan
decimal, FPB dan KPK dll.
2.2.3
Matematika
adalah ilmu deduktif
Matematika
disebut ilmu deduktif, karena baik materi maupun metode pencarian kebenaran
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
umumnya. Metoda pencarian kebenaran yang dipakai dalam matematika adalah metode
deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau eksperimen.
Namun, dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya digeneralisasi yang benar untuk semua keadaan harus
dibuktikan secara deduktif. Ini berarti bahwa matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Namun demikian untuk membantu pemikiran serta untuk
mencari kebenaran bisa dimulai dengan cara induktif dan selanjutnya
generalisasi yang benar harus bisa dibuktikan secara deduktif.
Sebagai
contoh suatu generalisasi atau dalil yang berbunyi “jumlah dua bilangan ganjil
adalah bilangan genap”. Misalkan kita ambil beberapa buah bilangan ganjil 1, 3,
5, dan 7, kemudian dijumlahkan. Akan terlihat jelas bahwa setiap dua bilangan
ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika tidak
dibenarkan membuat generalisasi atau membuktikan dalil dengan cara demikian.
Walaupun kita telah menunjukan sifat itu dengan mengambil beberapa contoh yang
lebih banyak lagi, tetap kita tidak dibenarkan menyimpulkan demikian.
Pembuktian deduktif mengenai hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.
Misalkan m dan n adalah dua buah sebarang
bilangan bulat positif, maka 2m + 1 dan 2n + 1 tentunya
merupakan dua buah bilangan ganjil. Jika dijumlahkan maka diperoleh bentuk 2(m + n +
1). Karena m dan n bilangan bulat positif
maka (m + n + 1) bilangan bulat positif juga,
sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan
genap. Jadi terbukti bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Lebih
lanjut menurut Herman Hudoyo (1990 : 4) secara singkat dapat dikatakan
bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya deduktif.
Johnson dan Rising (1972) menyatakan
bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang
logis, matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, direpresentasikan dengan
symbol yang padat dan memiliki arti. Matematika dalah pengetahuan
struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara
deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma,
sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan
pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan
suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan struktur-struktur yang abstrak
dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta
hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat
dalam matematika. Dalam hal ini dapat dikatakan matematika sebagai ilmu
terstruktur. Konsep matematika tersusun secara herarkis, logis, dan
sistematis mulai dari konsep yang sederhana. Dalam matematika terdapat topik
atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep
selanjutnya. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep dan
struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari
hubungan di antara konsep dan struktur tersebut.
2.2.4
Peranan
Matematika terhadap Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut dugaan sejarah, kemampuan
manusia untuk mulai dapat menulis sama tuanya dengan kemampuan manusia untuk
dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000 tahun sebelum masehi. Tulisan itu
pada hakikatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung,
pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek yang dihitung.
Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka ternak itu
dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu
kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung
batu-batu itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau
hilang atau malah bertambah karena beranak.
Jadi,
setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan
matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa
tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA
menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak
mungkin orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari,
bahkan untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan
matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung besarnya
bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapun ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu
Pengetahuan Alam, antara lain:
1. Pythagoras
mengadakan perhitungan terhadap benda-benda berbentuk segi banyak.
2.
Apollonius
mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung. Kepler (1609)
berjasa dalam perhitungan jarak predaran yang berbentuk elips dari
planet-planet.
3.
Galileo (1642)
berjasa dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan percepatan.
4.
Huygnes (1695)
dapat memecahkan teka-teki adanya Cincin Saturnus, perhitungan tentang
kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang
beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini semua
adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan Ilmu Pengetahuan
Alam selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan matematika.
2.2
Hakikat IPA
2.2.1
Pengertian
IPA
IPA
sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso
(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang ipa diantaranya yaitu:
1. Menurut James B. Conant
IPA sebagai rangkaian konsep dan pola konseptual yang saling berkaitan yang
dihasilkan dari eksperimen dan observasi, sehingga
memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus berkembang.
2. Menurut Carin &
Sound (1989)
Pengertian IPA adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta
melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.
3. Menurut Abruscato (1996)
IPA sebagai
pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap
segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh
dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini
memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan
diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA
sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana
pengembangan sikap ilmiah.
Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia
dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena
yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip, hukum dan teori) tidak
diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah
teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran
yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu dengan melakukan observasi, mengukur, memprediksi,
mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis,
melakukan eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil
penelitian. Dalam pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar. Ada tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
Hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini
dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam
dua kelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu
proses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan
cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang
(T. Sarkim, 1998:134)
2.2.2
Bagian
Hakikat IPA
Didalam pembagian hakikat IPA dibagi menjadi tiga,
diantaranya :
1.
IPA
Sebagai Produk
IPA sebagai produk adalah
kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-abad, yang
menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil
yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data,
konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
Dalam hakikat IPA dikenal dengan
istilah :
•
Fakta
dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada,
atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif
atau bisa disebut sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya. Misal : Air
membeku dalam suhu 0⁰C.
Iskandar (1997: 3) menyatakan
bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar
ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi
secara objektif.
Susanto (1991: 3) mengartikan
fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu
adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
•
Konsep
IPA adalah
merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu dengan
yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungannya.
•
Prinsip
IPA adalah
generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA.
Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan,
sebab prinsip bersifat tentative ( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan
memuai, adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya
udara akan memuai jika udara tersebut dipanaskan.
•
Hukum
alam adalah
prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative, tetapi
karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka
hukum alam bersifat lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.
•
Teori
ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat
berubah jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal
: teori meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana
kabut dan awan terbentuk.
2.
IPA
Sebagai Proses
IPA sebagai proses adalah
strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai
hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian
atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam
memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan.
Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Iskandar (1997:5)
mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh
para ilmuwan.
(Moejiono dan Dimyati, 1992:16) Ditinjau
dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: Proses Dasar (Basic Skills), dan
Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills).
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk
sains ditemukan, dalam
pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar.
Contoh:
pengamatan tentang tumbuhan kacang hijau ditempat terang dan ditempat gelap.
Tahapan dalam proses penelitian adalah:
1.
Observasi
Adalah
pengamatan suatu objek berdasarkan ciri-cirinya dengan menggunakan beberapa
indera.
Contoh:
pengamatan ciri-ciri tanaman yang tumbuh ditempat gelap.
a. Daunnya
kuning kecil
b. Batangnya
lebih panjang
c. Lebih cepat
tumbuh
2.
Klasifikasi
Adalah
pengelompokan objek pengamatan berdasarkan perbedaan dan persamaan sifat yang
dimiliki.
Contoh:
klasifikasi tumbuhan ditempat terang dan ditempat gelap
a. Bentuk daun
b. Batang
tumbuhan
c. Warna
tumbuhan
d. Tinggi
tumbuhan
3.
Interpretasi
Adalah
menafsirkan data-data yang telah diperoleh dari kegiatan observasi.
Contoh: daunnya
kuning kecil pendek dan pertumbuhannya lambat adalah tumbuhan kacang hijau
ditempat gelap, sedangkan daunnya lebar panjang, berwarna hijau dan
pertumbuhannya cepat adalah tumbuhan kacang hijau ditempat terang.
4.
Prediksi
Adalah
memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola
hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
Contoh:
kacang hijau akan tumbuh jika ditaruh ditempat yang gelap.
5.
Hipotesis
Adalah suatu
pernyataan berupa dugaan tentang kenyataan-kenyataan yang terdapat dialam
melalui proses pemikiran.
Contoh:
kacang hijau akan lebih lambat tumbuh jika ditaruh ditempat gelap dan akan
lebih cepat tumbuh apabila ditaruh ditempat yang terang.
6.
Mengendalikan variable
Adalah
mengatur variable sedemikian rupa sehingga perbedaan pada akhir eksperimen
adalah benar-benar karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri
dari 3 yaitu:
a. Variabel bebas/variabel peubah:
faktor yang menjadi penyebab terjadi perubahan terhadap faktor yang lain.
Contoh: cahaya mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan.
b. Variabel terikat adalah vaktor yang
mempengaruhi atau diubah. Contoh: tanaman
c. Variabel control adalah variabel
yang dibuat tetap. Contoh: wadah dan kapas
7.
Merencanakan dan melaksanakan
penelitian eksperimen
Penelitian
dapat dipecahkan menjadi beberapa tahap dan dikembangkan kepada anak didik satu
persatu antara lain:
a.
Menetapkan masalah penelitian:
menetapkan suatu masalah yang dijawab melalui suatu penelitian.
Contoh:
pertumbuhan pada kacang hijau
b.
Menetapkan hipotesis penelitian
Contoh:
benih kacang hijau yang berada ditempat gelap akan lebih lambat tumbuh apabila
benih kacang hijau yang berada ditempat terang.
c.
Menetapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
Contoh:
kapas, wadah, air dan biji kacang hijau
d.
Menetapkan langkah-langkah percobaan
serta waktu yang dibutuhkan
Contoh: 1. Persiapan:
alat, tempat, tabel kerja dan regu kerja.
2. Pelaksanaan: penanaman.
3. Penyelesaian: penimbangan dan pengukuran
3.
IPA
Sebagai Sikap Ilmiah
Maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara
kerja, sikap, dan cara berfikir. Dan dalam memecahkan masalah atau persoalan,
seorang ilmuan berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha
mencapai hasil yang diharapkan serta berbagai keyakinan, opini dan
nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika
mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
Sikap ini dinamakan sikap ilmiah.
2.3 Nilai-Nilai
IPA
2.3.1 Nilai-Nilai
Sosial dari IPA
1.
Nilai etik
dan estetika dari IPA
Ilmu
Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang
objektif’ pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat
dianggap sebagai suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai
luhur.
2.
Nilai moral
atau humaniora dari IPA
Nilai-nilai
moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang berlawanan
arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang muka yang
lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan nilai-nilai
luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan
teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang berada di
belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu
sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.
3.
Nilai
Ekonomi dari IPA
Seorang ahli
IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian. Katakanlah ia
menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah temuannya itu
mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas karena nilai
ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu dapat
digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. lain
daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga
diri atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu
dapat memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.
2.3.2
Nilai-Nilai Psikologis/Paedagogis
IPA
1.
Sikap
mencintai kebenaran
2.
Sikap tidak
purbasangka
3.
Sadar bahwa
kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
4.
Yakin akan
adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
5.
Bersikap
toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain
6.
Bersikap
tidak putus asa
7.
Sikap teliti
dan hati-hati
8.
Sikap ‘curious’
atau ‘ingin tahu’
9.
Sikap
optimis
2.3.3
Nilai-Nilai
Guna
Sekalipun
IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai keindahan
atau estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna
bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap
berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun
nilai-nilai IPA tersebut adalah :
1.
Nilai
Praktis
Penerapan
dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu
mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat
bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah
penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat.
Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan
berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh faraday telah diterapkan dalam
teknologi hingga melahirkan berbagai alat listrik yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
2.
Nilai
Intelektual
Metode
ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan
masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah sosial,
ekonomi, dan lain-lain.
Metode
ilmiah ini telah melatih keterampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan
keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi penggunaannya.
Kecuali itu agar pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metode ilmiah
menuntut sifat ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah masalah
ini akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan
nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan seseorang karena dia
telah mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah. Bedakanlah kepuasan
intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang memperoleh untung besar
atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga karena mengalahkan
lawan politiknya.
3.
Nilai-nilai
Sosial-Ekonomi-Politik
IPA
mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan
teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang
kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Prestasi-prestasi
tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi
memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan atau potensi
nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai
sosial-ekonomi-politik.
Contoh :
Negara-negara
yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap kemampuan
atau potensi bangsanya dalam bidang politik.
Produk IPA
dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi
pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan suatu negara.
Sekalipun memiliki kemampuan IPA dan teknologi tinggi, tidak dapat menggali
sumber daya alam negaranya kepada bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan
sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan
teknologi memiliki nilai sosial ekonomi.
Kemajuan IPA
dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan politik
internasional yang menentukan.
Contoh :
ketika
Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan Apolo 11, martabat Amerika
dalam percaturan politik melonjak tinggi.
ketika Rusia
mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I, martabat
Rusia dimata meningkat.
Jepang dan
RRC karena kemampuan IPA dan teknologi tinggi, hingga banyak hasil industrinya
merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional makin kuat.
4.
Nilai
Keagamaan dari IPA
Banyak orang
berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara mendalam akan
mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut didasarkan pada
alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala kebendaan. Prasangka
ini tidak benar makin mendalam akan orang mempelajari IPA, makin sadarlah orang
itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya suatu ketertiban
di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau bagaimanapun manusia
telah berusaha untuk membaca mempelajari dan menterjemahkan alam, manusia makin
sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena dengan keterbatasan ilmunya manusia
belum dan tidak akan pernah mengetahui asal mula dan akhir dari alam raya
dengan pasti.
`
Contoh :
a)
Anda
mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan.
Oleh karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
b)
dengan susah
payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi itu
sendiri. Dengan penemuan-penemuannya, manusia makin sadarlah akan kebesaran
Tuhan.
c)
dengan
mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan mikroorganisme,
keindahan dengan protoplasma, serta kerumitan dan teteraturan reaksi-reaksi di
dalamnya, semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita tentang
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari
uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang
sejalan dengan pandangan agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini,
ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut
“ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan
adalah lumpuh”.
2.4 HAKIKAT PENDIDIKAN MIPA
1.
Pengertian Pendidikan Mipa
Suatu proses
untuk membantu manusia mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala
perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan kreatif tanpa
kehilangan identitas dirinya.
2. Ciri-Ciri Pendidikan Mipa
a. Pengetahuan yang
sangat terstruktur dalam arti antara bagian yang satu dengan bagian yang lain
terjalin hubungan fungsional yang erat.
b. Karena itu
konsep – konsep dan prinsip – prinsip dalam MIPA akan lebih mudah dikuasai jika
disajikan dalam bentuk terkait satu dengan yang lain dengan simpulan – simpulan
yang jelas.
c. Penerapan
berbagai pengertian dan prinsip MIPA dalam taraf sederhana terhadap masalah
alamiah seringkali memerlukan: keterpaduan berbagai komponen MIPA, dengan
Matematika sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif
sedangkan fisika, kimia, biologi sebagai deskripsi permasalahan yang ada.
d.
Untuk
menekuninya diperlukan kecintaan yang dalam terhadap ilmu sebagai suatu sistem
logis yang indah dan ampuh.
3.
Tujuan Dari Ciri Pendidikan Mipa
a.
Pendidikan
MIPA menghendaki pendekatan – pendekatan tertentu dan metode – metode tertentu
yang sesuai, serta sarana yang mendukung untuk memantapkan berbagai konsep MIPA
pada anak didik,
b.
Membuat mereka mampu berpikir kritis,
c.
Menggunakan nalar (akal budi) mereka
secara efektif dan efisien.
d.
Menanamkan benih sikap ilmiah pada
diri mereka
Dengan ciri
perilaku ini, lulusan sekolah menengah atas akan merupakan potensi tenaga kerja
berkualitas yang merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika dan IPA memiliki hubungan
yang erat. Tanpa Matematika IPA tidak akan berkembang, begitupun sebaliknya,
tanpa IPA Matematika tidak dapat dikembangkan, karena IPA merupakan salah satu
perkembangan dari Ilmu Matematika.
Matematika merupakan alat bantu
untuk mengatasi sebagian permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Jadi ,
MIPA disini berarti bahwa Matematika dalam Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
memiliki peran dan hubungan erat baik dalam hal bahasa maupun hitungan dan
sebagainya. Metode ilmiah merupakan cara – cara ilmiah untuk memperoleh
pengetahuan dan yang menentukan apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah.
Karena seperti yang telah diketahui
bahwa Matematika itu merupakan bahasa alam , sehingga terkait dengan ilmu
pengatehuan alam itu sendiri maka tanpa matematika IPA tidak akan berkembang,
begitu juga sebaliknya.
3.2 Saran
Dalam Penulisan makalah ini, penulis
mengakui masih banyak kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kebaikan bagi penulisan
makalah ini kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap makalah
ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Masnur
Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT
BumI Aksara
Muhammad
Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan
dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa.
(2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan
Kompetensi
Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
Muhaimin dan
Abdurrahman , Mathematical Intelligence , Ae-Ruzzmedia , Jogjakarta ,
2008.
Aly Abdullah
, Drs. , Eny Rahma , Ir. , Ilmu Alamiah Dasar , Bumi Aksara , Jakarta ,
2004.
Karso, dkk. 1993. Dasar-Dasar
Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.
https://id-id.facebook.com/notes/humas-unisba/peran-matematika-sebagai-ilmu-deduktif-pada-perkembangan-iptek/10150528991775895
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://utakatikituk.blogspot.com/2013/03/hakikat-ipa-a_17.html
http://rian-priyadi.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-ipa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar